ICOR digunakan untuk menetapkan berapa investasi yang diperlukan terhadap target output nasional. Dalam perkembangannya tinggi rendahnya rasio ICOR dapat pula mencerminkan efisien tidaknya perekonomian suatu negara. Semakin tinggi rasio ICOR semakin tidak efisien perekonomian tersebut, artinya penggunaan anggaran belanja pemerintah tidak menghasilkan output yang optimal, produktivitasnya rendah.
Metode analisis penelitian ini adalah ekonomi pembangunan terapan khususnya ekonomi pembangunan regional. Proyeksi ICOR dilakukan berdasarkan data time series tahunan. ICOR tanpa tenggang waktu. Bila investasi yang dilakukan pada tahun ke t diasumsikan akan menghasilkan tambahan pendapatan (output) pada tahun ke t juga, maka perkiraan ICOR yang diperoleh melalui pendekatan ini merupakan ICOR tenggang waktu.
Hasil estimasi menunjukan nilai ICOR yang paling rendah terjadi pada tahun 2016 sebesar 3,80. Sedangkan nilai ICOR yang paling tinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 5,14. Jika kondisi pertumbuhan ekonomi di Kota Tasikmalaya tahun 2016 diperkirakan terjadi juga pada tahun 2017, maka proyeksi PDRB (tanpa perencanaan ICOR) tahun 2017 menjadi Rp. 22.045,63 Miliar. Misalkan, pemerintah Kota Tasikmalaya tidak puas dengan pertumbuhan PDRB tahun 2017 yang hanya 5,05 persen. Kabupaten Tasikmalaya pada Rencana Pembangunan Tahunan menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 6 persen. Dengan demikian, nominal PDRB menjadi Rp. 22.045,63 Miliar. Dengan ICOR sebesar 3,78 maka kebutuhan tambahan investasi adalah Rp. 5.289,26 Miliar, sedangkan jumlah investasi yang harus ditanamkan di tahun 2016 seluruhnya adalah Rp.9.641,43 Miliar.