Perkembangan teknologi yang semakin pesat, khususnya dunia kedokteran dibidang rekayasa genetic, yaitu saat ditemukannya pembuahan diluar rahim pada program bayi tabung yang sekarang mengalami perkembangan pada praktek sewa rahim. Sewa rahim adalah seorang wanita yang mengandung anak atas kepentingan orang lain dan juga memberikan hak-haknya sebagai orang tua kepada orang lain tersebut. Sewa rahim ini tentunya akan mengakibatkan persoalan apabila dikaitkan dengan hukum, mulai dari bagaimana hukumnya, kepada siapa anak yang dilahirkan dinasabkan, kepada siapa saja yang menjadi mahramnya, dan lain sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap hukum sewa rahim, nasab anak sewa rahim, serta kemahramannya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian normatif, dan sifatnya deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil studi pustaka. Kemudian data data yang diperoleh dianalisis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa sewa rahim menurut hukum islam adalah haram. Hal ini merujuk pada hadist Rasulullah saw. Selain itu juga bertentangan dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 039 Menkes/SK/I/2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu, dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 26 Mei 2006. Kemudian tentang nasabnya mengalami perbedaan pendapat, ada yang nasabnya disandarkan kepada pemilik benih, dan ada juga yang menyandarkannya kepada ibu pengganti. Kemudian kemahramannya itu meliputi pada kedua-duanya, yakni jalur pemilik benih dan jalur ibu pengganti.